Senin, 23 Desember 2013

Konsistensi Kader Mengemban Mission HmI Dalam Kemelut Konflik Struktural


Konsistensi Kader Mengemban Mission HmI Dalam Kemelut Konflik Struktural
(Tulisan sederhana ini ku persembahkan sebagai motivasi untuk Para Missionaris HmI)
Oleh : @bungarynugraha 
HMI adalah organisasi kader (sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan perubahan secara terus-menerus),. Hal ini membawa konsekuensi logis pada setiap gerak organisasi yang senantiasa harus diarahkan pada perbaikan kehidupan manusia. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, demi terwujudnya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.
Dalam melakukan perjuangan, HMI meyakini bahwa Islam sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, transenden, humanis, dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridha-Nya.
Untuk menjaga konsistensi dan kontinuitas gerakan, maka perjuangan yang dilakukan setiap kader HMI secara individu maupun secara institusi harus senantiasa berpegang pada independensi organisasi (independensi etis dan independensi organisatoris). Independensi bagi HMI merupakan karakter kepribadian yang implementasinya terwujud didalam bentuk pola pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan "Mission" HMI dalam kiprah hidup berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Setiap perjuangan HMI harus selalu disesuaikan dengan konteks dan realitas sosial kekinian. Kini masyarakat sedang mengalami situasi transisi demokrasi (budaya, politik, tata pemerintahan). Salah satu ciri masyarakat transisi adalah munculnya banyak aspirasi masyarakat yang menuntut adanya perubahan dan pembaruan sebagai cerminan respons masyarakat terhadap perkembangan dan kemajuan zaman. Aspirasi nasyarakat tersebut merupakan hasil proses sosiologis yang panjang yang melibatkan aktor-aktor perubahan sosial, meminjam istilahnya Daniel Bell dan John Keane aktor-aktor perubahan sosial disebut civil society.
Permasalahan yang dihadapi seorang kader ditengah medan perjuangan mencapai masyarakat-adil makmur yang diridhai Allah Swt ialah permasalahan yang muncul dari dalam dirinya, padahal orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan bisa memberikan sesuatu tersebut. Seseorang yang tidak memiliki kunci, maka sulit untuk baginya masuk. Manusia yang hatinya terkunci sehingga sulit dimasuki nafas kebenaran didalam dirinya dalam konteks ini yakni nafas Islam. Demikianlah persoalannya, yang sesungguhnya kembali kepada diri seorang kader yang mengemban Mission Sacret HmI, yakni berkaitan dengan potensi dirinya secara ruhiah, disamping kecakapannya untuk membuat program, serta ketahanan dalam mewujudkannya. Jika kita telah faham bahwa syaitan juga membuat program untuk para pengikutnya dengan langkah-langkah bertahap (sebagaimana firman Allah Swt) “Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan” (Al-baqarah: 168) selayaknya seorang kader juga membuat program dan langkah-langkah dalam mengambil simpati masyarakat. Sungguh sangat jauh berbeda antara tujuan syaitan dengan tujuan orang-orang yang beriman. Allah Swt berfirman “Dan janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuh kalian). Jika kalian menderita kesakitan (kekalahan), maka mereka sesungguhnya juga menderita kesakitan pula, sebagaimana kalaian menderitanya. Sedangkan kalian mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana” (An Nisa:40).
Oleh karenanya seorang kader yang mengemban Mission Cita HmI hendaklah memperhatikan celah-celah kebaikan yang ada pada orang lain kemudian memupuknya, sehingga celah-celah keburukan yang ada padanya tersingkir dan ia mau bangkit melangkah dijalan Islam sesuai cita-cita awal berdirinya HMI yakni menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.
@bungarynugraha