Sabtu, 27 Juli 2013

Ramadhan Musim Politisi Mendadak Alim


Ramadhan Musim Politisi Mendadak Alim
Oleh : Ary Nugraha *
Ramadhan menjadi momen penting yang dinanti-nantikan kedatangannya oleh Umat Islam. Mengapa demikian? Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan Islam). Bulan ini sangat istimewa bagi umat Islam karena terdapat banyak keutamaan di dalamnya. Ibarat petani, Bulan Ramadhan adalah saat panen raya. Dibaratkan panen raya disebabkan bulan ini merupakan waktu dimana berbagai amal kebaikan dilipat gandakan pahalanya jauh melebihi waktu-waktu diluar Ramadhan. Sehingga ramadhan menjadi momentum penting yang ditunggu-tunggu kedatangannya untuk meningkatkan kualitas Umat Islam.
Adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia,  negara yang berpenduduk sekitar 250 Juta Jiwa ini (Data BPS) dimana 80% diantaranya ialah Umat Islam.. Sebagai negara yang dalam sistem politiknya mengenal dan menerapkan demokrasi. Pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Maka Rakyat menjadi Bagian Terpenting dalam setiap proses politik seperti Pemilu, Pilpres dan Pilkada. Hampir dikatakan bahwa tidak ada sedikit pun ruang kehidupan masyarakat di Republik Indonesia ini yang lepas dari aspek politis. Sehingga pernah dalam suatu kesempatan diskusi pada seminar nasional yang sayaa ikuti, saya katakan bahwa, kalau kita mau mencari ilmu pengetahuan teknologi, tempat belajar yang cocok itu ke Amerika atau eropa. tetapi  kalau mau belajar politik, gak usah jauh-jauh, tempatnya ada di Indonesia. Sebab di Republik ini semua dapat dipolitisasi demi kepentingan politik.
Dalam tulisan ini penulis Bukan hendak bercerita tentang Ramadhan sebagai momentum umat untuk memperbaiki diri dan meningkatkan Ibadah kepada Allah, sebab pembahasan tersebut telah banyak tentunya dikupas oleh para ustadz-ustadz pada setiap Khutbah. Yang akan Penulis bahas dalam tulisan ini ialah  Ada suatu hal fenomena yang tak kalah menariknya disisi lain datangnya Bulan Ramadhan.. yakni  Bagaimana Bulan Ramadhan menjadi Musimnya para pejabat atau politisi menjadi Alim. Dimana para pejabat/politisi sibuk mengagendakan aktifitasnya dengan melakukan safari ramadhan ke masjid-masjid. Memberikan ceramah-ceramah agama kepada masyarakat singkat kata politisi yang mendadak Ustadz.
Dalam satu tausiyahnya, almarhum KH Zainudin MZ pernah bertanya kepada jamaahnya. Pilih mana, minyak onta cap babi atau minyak babi cap onta? Minyak onta cap babi masih boleh, tapi minyak babi cap onta itu menipu, kata Kiai sejuta umat itu.
Coba saja kita lihat mulai saat memasuki bulan ramadhan. Dipekanbaru misalnya saat ini yang bersempenaan dengan proses Pilkada Gubernur.  Sepanduk-sepanduk maupun baliho para Kandidat mengucapkan selamat Bulan suci ramadhan pun bertebaran dimana-mana. Dengan tampilan gambar photo  mengenakan pakaian takwa. Bermacam slogan pencitraan bermunculan agar menyentuh hati masyarakat. Agenda-agenda safari ramadhan pun memadati aktifitas para pejabat/politisi serta kandidat pilkada dimasjid-masjid.
Bukannya keberadaan sepanduk-sepanduk ucapan ramadhan dan safari ramadhan ke masjid-masjid oleh pejabat/politisi itu tidak baik. Tapi, masyarakat diingatkan tidak tertipu pencitraan yang dilakukan pejabat atau  politisi, yang memanfaatkan momentum Ramadhan hanya untuk sekedar kepentingan mereka. Kepentingan agar ketika pemilu maupun pilkada dipilih oleh masyarakat.
Fenomena Ramadhan sebagai musim para pejabat/politisi melakukan pencitraan kepada masyarakat, tak jarang ditemui setelah Usai ramadhan, sejumlah pejabat/politikus diberitakan tertangkap tangan melakukan korupsi atau tindakan asusila lainnya. Kamuflase yang dilakukan para pesohor itu jelas membingungkan masyarakat. Tentulah  masyarakat mesti cerdas dalam melihat dan menilai fenomena Ramadhan yang ternyata juga dimanfaatkan sebagai musim pejabat/politisi mendadak alim. Seperti kata pepatah, emas pasti kuning, tapi tidak semua yang kuning pasti emas.
Fenomena itu menggambarkan jika Islam tidak menjadi rule of thinking. Ramadhan seperti musim yang temporer. Ketika 'Musim Ramadhan' habis, habis pula ketakwaan selama satu bulan. Ramadhan tidak dijadikan pintu gerbang untuk menjadi Muslim yang paripurna, yang secara kaffah menjalankan ajaran Nabi Muhammad Salallahu Alaihi wasallam. Tetapi ramadhan hanya dijadikan tradisi bagi pejabat/politisi untuk bagaimana meningkatkan pecitraan dihadapan masyarakat. Alhasil negeri ini hanya menjadikan bulan ramadhan sebagai tradisi musiman pencitraannya para pejabat/politisi. bukan sebagai jalan untuk memperkuat ketakwaan kepada Allah Swt.
Untuk itu para pejabat/politisi serta kandidat khsusunya dalam Pilkada Riau harus memahami bahwa kesucian Ramadhan harus dimaknai dengan kesungguh-sungguhan dalam beribadah. ramadhan harus dimaknai dengan peningkatan prestasi baik secara spiritual maupun sosial. Mari tingkatkan amal ibadah dibulan ramadhan ini juga usai ramdhan nanti.
Sekarang pilihan ada di tangan kita sebagai umat Muslim. Mau pilih minyak onta cap babi, atau minyak babi cap onta.
Wallahualambishawab
*Penulis Formatur/Ketua Umum HmI Cabang Pekanbaru

 (Terbit di  KoranTribun Pekanbaru, Jum'at  26 Juli 2013 Hal 32)